Al-Amin

Petukangan Selatan, DKI Jakarta

Masjid Al-Amin

Masjid Al-Amin berdiri pada tahun 1980an di lahan fasum/fasos Kompleks Perumahan Pesanggrahan Permai seluas hampir 2.000 meter persegi. Selain untuk kegiatan ibadah, Masjid Al-Amin dapat digunakan untuk kegiatan pihak eksternal seperti pernikahan, pendidikan, kajian, training, kegiatan rohis, bazar, demo produk, dsb.

  • Perumahan Pesanggrahan Permai, Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jaksel (Peta Google Maps).
  • 021-7388-5324
  • dkm.alamin.petsel@gmail.com
  • www.masjidalamin.or.id
Me

Sosial Media

Kami hadir di berbagai sosial media untuk optimalisasi pelayanan Kami terhadap para Jamaah.

FACEBOOK (ON)
INSTAGRAM (ON)
YOUTUBE (ON)
TELEGRAM (ON)

Ruang Nyaman

Ruangan Masjid yang bersih serta dilengkapi dengan AC, karpet tebal dan pembatas antara jamaah laki-laki dengan perempuan.

Parkiran Luas

Tersedia lahan parkiran yang cukup memadai untuk sepeda motor. Untuk mobil dapat diparkir di sepanjang pagar luar Masjid.

Keamanan

Terdapat kamera CCTV untuk pengawasan keamanan di lingkungan Masjid sehingga jamaah bisa tenang beribadah.

Perpustakaan Islami

Masjid memiliki beragam koleksi buku-buku agama yang bisa dibaca di tempat secara gratis oleh Jamaah.

Internet Gratis

Disediakan koneksi wi-fi gratis bagi seluruh jamaah yang ingin memperdalam ilmu agama di dunia maya.

Taman Bermain

Jamaah dapat bersantai di areal taman dan lapangan yang dilengkapi dengan playground anak-anak.

0
Pengurus DKM
0
Pengurus Yayasan
0
Remaja Masjid (Rahman)
0
Ibu-Ibu Majelis Taklim
  • Majelis Ta'lim Al Amin

     Kegiatan majelis ta'lim ibu ibu dilaksakan setiap hari senin dan rabu 




  • Kajian Asbabun Nuzul Tematik

     Kajian Asbabun Nuzul Tematik 

    Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Kajian Asbabun Nuzul Tematik yang di sampaikan oleh Ust. Drs. Ahmad Yani MA. Yang dilaksankan setiap dua pecan sekali.Semoga dapat menambah keimanan dan ketaqwaan kita kepada ALLAH SWT , Aamiin..... Nantikan dan saksikan terus video kajian online yang lainnya di channel Youtube dan Facebook Kami.  Terima kasih.

     


     

  •  

                                                      KELEDAI
     
    Achmad Poernomo Djarnawi
     
    Suatu malam saya bermimpi badan saya berubah menjadi badan keledai. Sungguh saya bingung, apalagi kepala saya tetap kepala manusia. Sudah begitu, punggung saya yang sudah seperti punggung keledai itu dibebani tumpukan buku tebal yang sangat berat dan saya membawanya kesana kemari di tengah terik panas matahari. Saya sendiri tidak tahu apa isi buku itu.
    Saya kebingungan ke sana ke mari, mencari tempat persembunyian, karena malu, sekaligus tempat beristirahat, maklum beban di punggung saya itu sangatlah beratnya. Tentu saja saya malu bila bertemu dengan orang yang kenal dengan saya. Tetapi, jangankan tempat bersembunyi, sebatang pohon meranggaspun tidak saya jumpai untuk berlindung dari sengatan matahari yang serasa di atas kepala itu. Dalam hati saya berkata, bagaimana kelak rasanya di padang mahsyar yang konon matahari hanya sejengkal dari kepala.
    Dalam kebingungan yang sangat, tiba-tiba dari arah yang berbeda saya melihat serombongan keledai dengan kepala manusia, juga dengan membawa beban yang berat. Rupanya rombongan inipun sedang mencari tempat berlindung seperti saya. Di antara rombongan tersebut saya lihat beberapa teman yang sudah sangat saya kenal, teman-teman halaqoh, dan bahkan ustadz kami yang bebannya lebih berat dari yang lain, sehingga ia berjalan terseok-seok.
    Kami semua malu dengan keadaan kami, tapi juga sekaligus bingung, kenapa kami harus berubah seperti itu. Apalagi kemudian rombongan keledai berkepala manusia itu semakin banyak berdatangan dari berbagai penjuru. Suasana menjadi hiruk-pikuk, kacau, berdesakan, dan saling bertanya.
    Setelah melalui perjuangan berat akhirnya saya dapat membebaskan diri dari keriuhan itu, saya berlari dengan nafas memburu menjauhi mereka, sampai akhirnya saya tiba-tiba menemukan sebuah pondok yang meskipun reyot, cukup untuk berteduh.
    Baru saja saya masuk, tiba-tiba dari dalam terdengar suara laki-laki menyilakan saya. "Selamat datang Madmo, anakku, Silakan masuk, engkau tentu lelah sekali!" Lho, dia tahu nama saya! Dari suaranya saya tahu bahwa laki-laki pemilik suara itu tentu sudah tua. Tentu saja saya takut, apalagi kemudian entah dari mana datangnya, segelas air dingin telah ada di depan saya.
    "Minumlah!", kata suara itu lagi.
    Tanpa disuruh dua kali, air itu langsung saya teguk habis, dan tiba-tiba tubuh saya kembali menjadi normal. Ketika saya sedang terheran-heran atas kejadian itu, muncullah seorang laki-laki tua bersorban putih dengan mengenakan kain batik sebagai sarung dan baju surjan polos ala Yogya. Tentu ia pemilik suara itu, kata saya dalam hati. Wajah bening dengan sorot mata berwibawa itu rasanya tidak asing bagi saya. Namun, saya tidak dapat mengingat-ingat di mana saya melihatnya. Sorot matanya itu! Saya tidak kuat memandangnya.
    "Anakku, engkau tentu heran kenapa engkau dan teman-temanmu menjadi berbadan keledai, bukan?"
    " Ya tuan", dengan suara pelan dan takut saya menjawab.
    "Jangan panggil saya tuan, panggil saja eyang, toh sebenarnya engkau pantas menjadi cucuku bahkan buyutku"
    " Ya eyang"
    " Begini, ini ada Al Qur'an, dan bukalah surat Al Jumu'ah ayat 5, bacalah artinya!"
    "Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya, adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang dzalim" Saya membaca dengan suara gemetar, masih diliputi rasa takut.
    "Ya itulah, engkau, dan juga teman-temanmu tadi, persis seperti kaum Yahudi dalam ayat itu! Kalian diberi kitab, Al Qur'an, namun kalian tidak pernah mengamalkan isinya. Maka kalian memang pantas menjadi keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal, namun kalian tidak pernah tahu apa isi kitab itu. Kalaupun tahu kalian tidak menjalankannya!"
    "Tapi eyang, kami di halaqoh selalu membaca beberapa ayat sebelum mulai berdiskusi. Juga kami sering membahas ayat-ayat Qur'an itu". Saya mulai sedikit berani menyanggah. Dalam hati saya katakan kalau perlu saya akan bawakan silabus yang digunakan di halaqoh kami untuk membuktikan bahwa kamipun membahas Al Qur'an, bahkan dalam diskusi yang hangat. Sambil menjawab saya terus berpikir keras, di mana si eyang ini pernah saya lihat. Kalau toh tidak orangnya, ya fotonya.
    "Benar, tapi kalian hanya sebatas membaca dan berdiskusi, tidak ada satu ayatpun yang nancep di hati kalian. Apalagi mengamalkannya! Coba kau buka Surat Ash Shaaf ayat 2-3!"
    Dalam hati saya berkata, "Ah kalau ayat yang ini sih saya hafal, karena sering saya pakai ceramah kecil-kecilan!" Namun tetap juga saya baca, untuk menghormati beliau, di samping saya juga tak kuasa menolak perintahnya. "Hai orang-orang yang beriman, mengapa engkau mengatakan apa yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan"
    " Anakku, bukankah engkau pernah membaca bukunya Sayid Qutb yang berjudul Ma'alim fith thariiq itu? Bukankan buku itu sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, kalau engkau tidak dapat membaca yang asli?"
    "Ya eyang, dan saya tahu buku itu diterjemahkan dengan judul Petunjuk Jalan, sedangkan dalam bahasa Inggris adalah Milestones".
    "Nah, tentu engkau ingat dalam buku itu dikatakan bahwa perbedaan generasi pertama, yaitu generasi para sahabat, dengan generasi sesudahnya adalah dalam bersikap terhadap Al Qur'an. Mereka menerima Al Qur'an tidak untuk dipelajari sastranya, atau sejarahnya, atau susunan bahasanya, seperti yang kalian lakukan di zaman ini. Mereka menerima Al Qur'an sebagai hudan atau petunjuk! Setiap kali ayat turun dan disampaikan oleh Rasulullah saw kepada mereka, maka mereka menyiapkan mental mereka untuk menerima perintah atau larangan, bukan untuk mempelajarinya saja. Engkau tentu ingat bahwa sahabat Abdullah bin Mas'ud pun setiap kali hanya berani menghapal 10 ayat, karena takut kalau tidak dapat mengamalkannya. Itulah sebabnya Sayid Qutub menyebut mereka sebagai Generasi Qur'ani!".
    "Ya eyang"
    "Engkau tentu juga masih ingat dalam satu ayat Al Qur'an dikatakan bahwa Rasulullah kelak akan mengadu kepada Allah bahwa umatnya ternyata tidak mengacuhkan Al Qur'an! Kamu tahu ayatnya? "
    "Anu eyang, itu di Surat Al Furqaan ayat 30, yaitu Berkatalah Rasul: Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur'an ini suatu yang tidak diacuhkan", Jawab saya sambil berusaha memandang wajahnya dalam-dalam, di mana saya pernah jumpa, pikir saya.
    "Yah itulah, kaum muslimin zamanmu sekarang sudah semakin banyak yang termaksud dalam golongan yang dimaksud oleh Rasulullah tadi Mo! Al Qur'an sekarang lebih sering dipelajari dan dilagukan namun jarang dilaksanakan. Mereka menjadikan Al Qur'an sebagai jimat, bukan sebagai hudan. Mereka pasang Al Qur'an sebagai pajangan di dinding. Mereka pikir dengan tulisan itu mereka dapat mengusir syaitan dari rumahnya. Ayat-ayat Qur'an dijadikan bandul dan digantungkan di leher anak perempuan mereka. Mereka membeli Al Qur'an yang luks, mewah, namun hanya dipajang dalam almari di ruang tamu sehingga setiap tamu yang datang akan melihatnya. Setiap Romadlon mereka memperingati nuzulul Qur'an di masjid-masjid, namun hanya sekedar memperingati saja tanpa mendalami dan mengamalkannya. Ketika sang ustadz berceramah, maka kebanyakan pusat perhatiannya hanya kepada peristiwan di gua Hira itu saja."
    "Jadi eyang, apakah peringatan nuzulul Qur'an yang banyak diadakan di masjid-masjid atau universitas itu mubadzir saja?"
    "Ya, kalau hanya itu, memang mubadzir. Lebih baik tidak usah diperingati, toh Rasulullah tidak pernah memberikan contoh tentang hal ini! Uangnya kan lebih baik digunakan untuk hal lain yang lebih bermanfaat". Dia menjawab dengan suara yang semakin berwibawa. Ah, kewibawaannya itu semakin mengingatkan saya pada seseorang.
    "Tapi eyang, biasanya dalam peringatan itu kan dibacakan ayat-ayat suci Al Qur'an yang akan membawa berkah" Saya mencoba "ngeyel".
    "Anakku Madmo, memang dalam majlis yang di dalamnya dibacakan Al Qur'an bagi yang mendengar akan mendapat rahmat. Ini firman Allah dalam Surat Al A'raaf ayat 204, yaitu "Dan apabila dibacakan Al Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikan dengan tenang agar kamu mendapat rahmat".
    Juga kalau engkau membaca Al Qur'an, maka engkau akan mendapat keuntungan, meskipun engkau terbata-bata membacanya. Seperti dikatakan Rasulullah bahwa orang yang pandai membaca Al Qur'an akan bersama malaikat yang mulia lagi berbakti, dan yang membaca tetapi sulit dan terbata-bata maka dia mendapat dua pahala...".
    "Nanti dulu eyang, hadits itu shokhih tidak?"
    "Shokhih, ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Kenapa? Engkau meragukannya?"
    "Tidak eyang, hanya sekedar bertanya kok. Kalau meragukannya, saya takut dikatakan seperti seorang tamat SD meragukan karya seorang Doktor"
    "Hush, jangan begitu!" Jawabnya sambil tersenyum, sebab dia tahu bahwa saya hanya bergurau. Tapi ah, senyumnya itu, saya kok pernah lihat!
    "Tapi eyang, ada lagi satu hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari yaitu "Sebaik-baik kamu ialah yang mempelajari Al Qur'an dan mengajarkannya".
    "Betul Mo, dan makna mempelajari disitu tentu mencakup pula mengamalkannya. Mana mungkin engkau mengajarkan sesuatu yang engkau belum mengamalkannya, nanti engkau seperti yang tersebut dalam Surat Ash Shaaf tadi Mo!"
    "Jadi sekarang bagaimana eyang, apakah halaqoh saya dan teman-teman itu dibubarkan saja, karena tenyata amalannya kok belum sesuai?"
    "Jangan. Pertahankan halaqoh itu, sebab menurut Rasulullah, dalam majlis-majlis yang membahas ayat-ayat Allah seperti itu, apabila dilakukan dengan baik dan tertib, maka akan datang kepada mereka ketenangan, rahmat dan juga dikerumuni oleh Malaikat, dan diingati oleh Allah di depan malaikat atau makhlukNya. Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim Mo! Juga cobalah resapi kata-kata Muhammad Iqbal, yaitu bacalah Al Qur'an seakan-akan ia diturunkan langsung kepadamu. Tentu engkau akan semakin merasakan manfaatnya.
    “Yang penting sekarang adalah” dia melanjutkan, “bagaimana dengan bertahap kalian mengamalkan apa yang kalian pelajari dalam halaqoh itu. Ulangi terus tanpa jemu bila kalian belum mampu mengamalkannya. Seperti dulu pernah eyang lakukan ketika eyang mengajarkan Surat Al Ma'un".
    Clesss! Ingat saya sekarang. Kyai Dahlan!! Pantas wajahnya begitu saya kenal, karena fotonya sering saya lihat di berbagai majalah atau buku terbitan Muhammadiyah.
    Ingatan saya melayang kepada kisah terkenal ketika dia berulang-ulang mengajarkan surat Al Ma'un dalam halaqohnya di Kauman, Yogyakarta karena murid-muridnya belum juga mengamalkan isi surat Al Ma'un itu. Dan karenanya, berdirilah puluhan Balai Kesehatan, Rumah Sakit PKU, Panti Asuhan dan badan-badan sejenis yang menyantuni fakir miskin dan anak yatim yang sampai sekarang telah dapat dirasakan manfaatnya.
    Ketika saya berdiri akan memeluknya, tiba-tiba adzan subuh berkumandang dan saya geragapan bangun kehilangan sosok eyang Darwis. Sayang saya hanya bermimpi, namun saya juga bersyukur bahwa saya jadi keledai hanya dalam mimpi. Tapi betulkah saya tidak seperti keledai yang membawa kitab?

  • Kajian Syarah Kitab Minhajul Abidin

     

    Kajian Syarah Kitab Minhajul Abidin yang akan di sampaikan oleh Ust. Dr. H. Endang Mintarja, MA. dilaksankan setiap ahad subuh  Nantikan dan saksikan terus video kajian online yang lainnya di channel Youtube dan Facebook Kami.  Terima kasih.

     

  • INFO Gambar

     

















  • Rapat Kerja Gabungan Yayasan Nur Al-Amin Tahun 2023

    Setelah pelaksanaan kegiatan peremajaan pengurus Yayasan Nur Al-Amin dan DKM Al-Amin, maka diadakanlah kegiatan Rapat Kerja gabungan Tahun 2023 segenap jajaran pengurus baru Yayasan Nur Al-Amin dan DKM Al-Amin yang diadakan di Cimanggis pada hari ahad 15 Januari 2023.  Mudah-mudahan hasil rapat kerja yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar, serta mandapatkan Ridho dan Rahmat dari Allah.













  • BERGABUNG BERSAMA KAMI

    Bergabunglah bersama Kami di Facebook. Mari Kita bangun komunitas online Islami sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Sunnah untuk kehidupan yang lebih baik.

    Diberdayakan oleh Blogger.
    ALAMAT

    Petukangan Selatan, Jaksel
    Peta Google Maps

    EMAIL

    dkm.alamin.petsel@gmail.com
    alaminkita@gmail.com

    HP / WA

    0856-7514-114 (Bpk. Alfin)

    TELEPON

    021-7388-5324 (Kantor)